Say No to Pacaran

Namaku Maryam, Aku anak perempuan satu-satunya kebanggan ibuku. Maryam adalah nama yang diberikan oleh ibuku dengan harapan dan doa-doa agar kelak aku bisa menjadi seperti Maryam ibunya Nabi Isa As yang senantiasa menjaga hubungannya dengan Tuhan dan menjaga kesucian dirinya.
Harapan ibuku ini membuat ia memutuskan tak mengijinkanku untuk berpacaran saat seperti kebanyakan anak-anak remaja lainnya. 

saat usia remaja saat SMP pacaran seolah wajib bagi kebanyakan teman-temanku, mereka merasa tidak bisa menjadi remaja yang gaul dan juga eksis jika tidak memiliki pacar, mereka merasa dengan memiliki kekasih hati yang mengakui perasaannya lalu menjalin hubungan dapat menguatkan karakter mereka sebagai remaja menemukan jati diri hhhh Omong kosong nyatanya kebanyakan dari mereka hanya mengikuti gaya hidup dan takut sering dikatai jomblo. 

Demi memberikan pemahaman kenapa aku dilarang  pacaran,ibuku sering menyampaikan alasan-alasan yang nyata tertulis dalam ajaran agamaku yaitu Islam, juga contoh-contoh nyata yang banyak merugikan  khususnya perempuan dalam kehidupan pelaku pacaran. 

Aku Maryam satu-satunya anak orangtuaku,  benar-benar diedukasi soal prinsip, tak Boleh pacaran, dan dengan menjalankan prinsip ini akupun menemukan jati diriku meskipun berkali-kali aku berusaha menguatkan diri dan iman didada di kalangan teman-temanku yang menjalankan gaya hidup berpacaran, termasuk seorang pemuda yang diam-diam membuatku jatuh cinta, sebagaimana gadis yang beranjak remaja memiliki hati yang lemah  aku jatuh hati dan menyimpan rasa pada seorang pemuda alim dan gaul,namanya Amar ia hampir saja meluluhkan hati ini, tapi aku lebih memilih menjalin persahabatan dengannya dan kamipun bisa menemukan dan membentuk karakter kami dengan tidak berpacaran. 

Inilah kisahku


Masa SMP adalah masa remaja yang terbilang gemilang bagiku, bagaimana tidak aku diberikan kemudahan untuk mencapai segalanya menjadi Sang juara, menjadi Ketua Osis dan juga aktiv dalam berbagai kegiatan dan aku benar-benar menikmatinya hingga terkadang lupa untuk menyenangkan diri sendiri sekedar nongkrong makan dengan teman-teman atau berpacaran seperti teman-temanku yang lainnya, bagiku berkumpul bersama teman-teman osis dan teman-teman ekskul melakukan kegiatan bersama adalah kesenanganku. Dan Alhamdulillah ayah ibuku mendukung dan memberikan fasilitas untuk bisa kujalani segalanya dengan mudah bahkan mereka sengaja menyiapkan tempat dihalaman rumah untuk belajar ataupun mengerjakan tugas-tugas di organisasi bersama teman-temanku lengkap dengan fasilitas komputer dan printer.

Soal pacaran ibuku masih belum mengijinkan meskipun banyak yang mendekatiku karena aku tergolong siswa yang aktif diberbagai kegiatan sekolah lincah dan juga ceria otomatis aku jadi terkenal tapi aku juga tak kepikiran sekalipun untuk pacaran, menurutku itu hanya buang-buang waktu,teman-temankupun banyak yang sudah mulai berpacaran semenjak kelas VII SMP dan kupikir mereka itu hanya mengikuti trend takut dan malu jika ketahuan gak punya pacar. Nyatanya aku melihatnya dari sisi lain banyak mudharatnya.  

Tapi ada satu orang yang selalu ingin mematahkan prinsipku soal pacaran namanya Amar, ia anak yang alim pengetahuan agama yang luas, ketua organisasi keagamaan disekolah,ia anak yang supel mudah bergaul,punya banyak versi teman mulai anak-anak yang nakal sampai anak-anak penurut. bahkan guru laki-laki banyak yang dekat dengannya, terkenal sebagai pemuda yang aktif dalam keagamaan,baik, gaul dan sopan Amar sering mendapatkan surat cinta dari siswa perempuan disekolah,banyak yang diam-diam mengaguminya hingga terang-terangan menyatakan cinta.yah benar saja jika cinta sudah buta rasa malu kan binasa.
………………………
Suatu hari diruang osis bersama teman-teman Amar memancing pembahasan soal pacaran karena aku satu-satunya cewek diruangan itu yang belum pernah merasakan pacaran ,
 “Dengar-dengar ada yah disini yang belum pernah pacaran?” selidik Amar memancing
“sstttt, jangan mancing di air keruh amar orangnya lagi sibuk dokumentasi” Balas Nisa sambil mencolek pipiku
“eh apa ini yang dibahas? Memangnya kenapa, salah dimata kalian?” jawabku ketus, aku selalu kesal jika mereka selalu menyinggungku soal pacaran mentang-mentang aku sendirian yang belum pacaran
“hahahaha mulai panas” kata amar yang semakin buatku kesal
“sudah ah aku gak mau bahas, kaliankan banyak aku Cuma sendiri hahahah”balasku sambil berlalu pergi ke ruang Guru mengantarkan berkas-berkas dokumentasi
Amar ternyata menyusulku dan terus melanjutkan pembahasan
“emang kenapa kamu gak mau pacaran?” Tanya amar penasaran
Langkahku terhenti dan menyelidik wajah penasaran Amar
“selain buang-buang waktu,banyak mudharatnya,dan ibuku belum ridha anak perempuan satu-satunya ini pacaran,udah paham?” jawabku tegas menatap wajahnya,secara spontan mataku bertatapan dengan mata amar ada sesuatu dihati setiap kali ini terjadi dan berkali-kali aku  mengabaikannya.
“hhhmm kalau sama aku menurutku gak buang-buang waktu dan pasti ibu kamu ridha,benarkan?” Lanjut amar santai

Deg jantungku membuat perasaan dihatiku semakin tak karuan aku mencoba diam berpikir dan menenangkan sejenak lalu pura-pura tak mengerti maksud Amar.
“Maksud kamu?” selidikku mencoba santai dihadapan Amar
“iyalah kan kita sama-sama diosis jadi sambil pacaran gak akan buang-buang waktu kok,dan jika kamu setuju aku akan meminta ijin ke ibu kamu,bagaimana ini penawaran serius loh jarang sekali aku nembak cewek yang ada cewek yang nembak aku hahahaha”

“hhhh dasar Amar tukang gombal sudahlah semua cewek disekolah ini sudah tau siapa kamu apa jurusmu termasuk aku,gak mempan kaliiii, sudah yah kamu membuang waktuku” jawabku santai sambil berlari kecil menuju ruang guru

Tapi hatiku tak bisa kukendalikan sesantai bicaraku merespon penawaran Amar,bahkan berlarut menjadi buah pikiran. Aku memang tidak pernah dan tidak mau pacaran tapi sebagai seorang perempuan yang beranjak remaja aku bisa jatuh cinta dan memendam rasa, dan Amarlah orangnya.

Keesokan harinya dihari Sabtu sore Amar datang ke rumahku, sontak aku kaget 
“eh Amar sendirian?” Tanyaku mengedarkan pandangan disekelingnya 
“Iyah Maryam sendirian,kamu cari apa sih?” 
“Cari teman-teman kan biasanya kalau kesini kamu dengan teman lainnya” jawabku yang semakin kikuk didepan Amar
“Aku ganggu gak,bukain pintu pagar dong masih sore udah nutup pagar” Pinta amar protes
“eh gini amar kamu gak boleh masuk ayah ibuku gak ada dirumah,aku Cuma sendiri,kamukan jago ilmu agamanya pasti paham lah…” Jelasku sewot pada Amar

“Ya Allah kasian benar nasibku baiklah aku nunggu disini saja sampai orangtuamu datang”

“Ada perlu apa emangnya kamu kemari Amar rasanya tugas-tugas kita soal kegiatan Maulid kemarin sudah kelar disekolah”

“GR kamu,aku kemari bukan mau ketemu kamu,tapi ibumu”

“Haa Ibuku…? Ada urusan apa kamu dengan ibuku?” Selidikku semakin penasaran

“Adalah...soal anak perempuan satu-satunya itu” Jawab Amar dengan mimik wajah mempesona andalannya sembari memainkan alisnya.

Hatiku lemah melihat senyumnya aku malu makin tak mampu mengendalikan hati dan ekpesi wajah ini didepan Amar,aku pura-pura saja bertingkah seolah-olah sedang mencari kucingku
“eh tunggu  yah amar aku cari kucingku dulu kasian dari tadi belum makan…” aku langsung masuk kedalam rumah. 

“Maryam tega yah kamu demi kucing kamu tinggalkan aku sendirian disini” Sahut amar disebarang pintu pagar

“Hahaha” aku jadi tertawa

 “Amar Amar kamu selalu buatku bahagia” Kataku serasa berbunga-bunga dalam hati
Aku bohong soal kucing,nyatanya aku hanya masuk dalam rumah dan mengintip amar dari arah ruang tamu dengan perasaan yang tak karuan sulit rasanya menerjemahkan rasa ini,saat ini aku dilanda rasa berbunga-bunga sekaligus rasa kikuk yang bisa saja membuatkan salah tingkah jika berlama-lama didepan Amar, sekitar 5 menit berlalu aku mengintip Amar yang terlihat sudah sangat bosan menunggu sendiri, aku tak tahu soal ucapan penawaran Amar sebelumnya disekolah apakah ia serius atau hanya ingin mempermainkanku tapi entah mengapa hatiku lebih condong menginginkan jika ia serius sekaligus juga takut jika benar ia nekat serius.

 “Rasain kamu Amar,bikin kaget saja datang tiba-tiba mau ketemu ibuku mau apa dia,coba aja kamu berani nekat, aku akan menghalangi..hahahaha” Bisikku dalam hati sambil memikirkan strategi berikutnya agar Amar tidak bisa berbicara dengan ibuku

Aku mencoba menyibukkan diri mengendalikan perasaan aneh ini dengan merapikan ruang tamu. 
Suara Klakson mobil terdengar diluar tanda ibu dan ayah sudah pulang,aku pun berlari keluar membukakan pintu pagar,terlihat Amar tersenyum menyapa Ayahku.
“Assalamualaikum Om” Sapa Amar pada ayah
“Walaikumsalam Amar” Jawab Ayahku tersenyum 
Ibuku terlihat turun dari mobil dan membawa beberapa belanjaan
“Sini tante biar Amar bantu” Amar menawarkan bantuan
“Eh Amar sudah lama yah?” Ibu menyapa ia baru menyadari keberadaan Amar
“Lumayan tante” JAwab Amar 
Aku hanya bisa berdiri mematung menyaksikannya, tengah berpikir mencari cara bagaimana caranya agar Amar segera pulang dan tidak punya waktu berbicara dengan ibu.

“Maryam kok kamu malah diam mematung, bantuin sini dong” Pinta ibu membuatku kembali tersadar dari lamunan
Dengan gerakan cepat aku segera mengambil beberapa barang belanjaan yang masih tersisa dimobil aku tak menghiraukan Amar tapi mencoba sedikit menguping pembicaraan Amar dan ibu 
“Tumben datang sendiri,mana yang lainnya?” ibu bertanya pada Amar
“iyah bu sebenarnya ada perlunya sama ibu sih,bukan sama Maryam” Jawab Amar tersenyum
Karena mendengar obrolan mereka aku secepat kilat memasukkan barang-barang kedalam rumah.
Dan segera kembali sengaja memotong pebicaraan Amar dan Ibu.

Saat amar ingin mengutarakan maksud tujuannya kepada ibu aku tiba-tiba datang
“Amar ada  pesan Tuh dari pak Trisno katanya kamu harus kerumahnya ada berkas-berkas lpj kegiatan yang harus kamu ambil” demi mencoba menggagalkan niat Amar aku berbohong
Amar mengecek chat di hpnya 
“Masa sih? Kok gak ngechatnya ke aku,aku coba telpon saja pak Trisnonya” Kata Amar tak percaya sambil mengecek hpnya
“Maryam…sudah sekarang kamu bikinin Amar minum yah kasian daritadi nunggu diluar pasti haus” Pinta ibu padaku 
“Gak usah bu sepertinya Amar ada perlu dan ingin segera pulang” 
Amar melirik Maryam sambil menelpon Pak Trisno
“Pak Trisno gak ngangkat telepon,nanti sajalah” Kata Amar yang seolah sudah tau aku berbohong
“iyah benar bu aku haus” kata Amar pada ibu melirikku tersenyum penuh kemenangan

Akupun pasrah dan segera berlalu ke dapur membuat minuman
;;;;;;;

Amar kembali melanjutkan pembicaraannya dengan ibuku 

“oh iyah Tadi katanya da perlu sama ibu,ada yang bisa ibu bantu?” 
“Kata Maryam,ibu gak ijinin Maryam Pacaran yah?
“Iyah benar kan memang gak boleh pacaran dalam islan,kamukan Islam pasti mengerti dan paham”
“iyah bu Amar tahu tapi Amar punya rasa sama Maryam,bolehkah Amar deketin Maryam “
“Hmmmm maksud kamu pacaran?” Selidik ibunya
“bukan bu maksudnya lebih dekat lagi…”
“Kamu mau pacaran yah,mau minta maryam jadi pacarnya…?” Tanya ibu memperjelas maksud Amar 

“hhhmm bukan gitu bu…." Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

“Amar kamu dan Maryamkan memang sudah berteman dekat sering sama-sama diosis,kegiatan diekskul, lalu mau deket gimana lagi? Mau pacaran? Untuk apa pacaran Amar?” Tanya ibu semakin membuat amar kikuk dan tidak bisa berkata apa-apa

“Nak Amar kamu tahukan pacaran dalam agama kita itu dilarang,saya rasa kamu tahu dan paham ilmunya kenapa dilarang,untuk apa pacaran? Apa supaya kamu bisa bebas berduaan?biar bisa Punya privasi dengan Maryam ketika berkumpul bersama teman-teman?, Pacaran itu lebih banyak mudharatnya disbanding manfaatnya” Jelas Ibuku seolah tahu maksud pembicaraan Amar. Ah Orang Dewasa memang selalu bisa menerka maksud hati anak muda.
“Bukan begitu bu maksud Amar ingin lebih dekat dengan Maryam biar bisa selalu sama-sama aku benar-benar sudah suka sama anak ibu, 'Maryam'.Kata Amar serius tak berani menatap ibunya

“ibu rasa tidak perlu dengan pacaran kaliankan sudah lumayan lama bersahabat,apa benar itu perasaan suka atau hanya karena Maryam sering ketemu dan bersama dengan kamu ,coba kamu cek hatimu nak, kan lebih baik berteman bersahabat sama-sama dengan teman lainnya, ibu tahu kamu mau pacaran biar bisa bebaskan menentukan privasi kalian berdua ketika bersama teman-temanmu lainnya ,kan begitu konsepnya pacaran yah gak ada istilah pacaran itu beramai-ramai tapi berduaan,bukan begitu Amar?” Tanya ibu sambil menatap lebih dalam ke mata Amar mencari cari jawaban dari ekspresi Amar.

Amar terdiam tak ada lagi yang bisa ia perjelas semua telah dijelaskan,dengan wajah sedikit lesu,sudah jelas ibuku menyebutkan semua maksud hati Amar yang intinya ingin pacaran seperti teman-temannya yang lain. Melihat wajah lesu Amar ibu kembali melanjutkan

“Amar ibu bukan tidak mengijinkan kalian dekat bukan tidak merestui tapi alangkah baiknya kalian tidak usah pacaran jauhi Gaya Hidup anak muda jaman sekarang yang katanya gak gaul kalau gak pacaran, kamu boleh menjalin persahabatan dengan Maryam sampai kapanpun tapi saat bersama kalian harus tetap menjaganyanya jangan sampai melanggar syariat,pahamkan? Amarkan pengetahuan Agamanya lebih baik dari Maryam pasti paham” Kata ibu Amar lebih memperjelas

“iyah bu TErima kasih banyak saya sangat paham sekarang maksud ibu melarang Maryam berpacaran dan syukurnya Maryam juga sependapat dengan ibu bahwa pacaran itu lebih banyak mudharatnya buang-buang waktu katanya begitu,jarang sekali bu cewek jaman sekarang punya prinsip seperti Maryam. itu salah satu yang membuat saya suka sama Maryam” Kata Amar tulus walaupun ada rasa kecewa tapi tidak sebanding dengan kelegaannya diberi penjelasan yang mampu mencerahkan hatinya. 

Soal Amar sudah pernah pacaran atau belum hanya dialah yang tahu selama ini hanya ada gosip-gosip yang beredar,beberapa dari teman-temannya percaya bahwa Amar berpacaran dengan si A, atau dengan Si B tapi amar tidak pernah mengatakan iya atau tidak tentang kebenaran gosip itu, justru Amar lebih memilih bercanda menanggapi gosip itu, sebenarnya Amar bukan tipe Playboy yang suka berpacaran dan memainkan perasaan cewek-cewek, Amar memang ramah pada semua orang cowok maupun cewek terkadang berkumpul bersama cewek-cewek seolah ia terlihat seperti playboy terkadang juga Amar berkumpul berbaur dengan teman-teman cowok. Selain ramah,setiap candaan dan dan gombalnya memang bisa saja membuat cewek-cewek disekolah makin terpesona, tapi Amar tak penah gombal dengan serius, Cuma satu yang benar-benar buat hatinya serius jatuh cinta yaitu aku Maryam gadis yang sangat kuat memegang prinsip, ketika benar dengan prinsipnya, aku gadis keras kepala dan sedikit jutek dihadapan laki-laki tukang gombal. 
Dan Amar ingin berniat menjalin hubungan serius dengan cara pacaran denganku, meski Pemuda yang selalu buatku kesal sekaligus bahagia ini tahu kalau aku tidak sependapat dengannya. Aku pikir mungkin dalam hati Amar sedikit ia bisa membaca respon dariku bahwa aku juga punya rasa terhadapnya tapi bagiku ini tidak penting dan tidak perlu diseriusi justru aku ingin membuat rasa ini kembali normal Seperti dulu. 

"Astaghfirullah Amar ibu baruningat belum shalat ashar, ibu masuk dulu yah mau shalat udah jam setengah 5" Kata ibuku bergegas Sontak ibuku kaget liat jam di dinding ruang tamu 

Setelah menata sebaik mungkin perasaan hatiku yang sedari tadi tak karuan sebab aku takut didepan Amar wajah ini memerah sekaligus salah tingkah nanti ketahuan kalau aku sudah menguping pembicaraan Amar dan ibuku, akupun keluar dari dapur membawa nampan berisi teh hangat dan sedikit cemilan untuk Amar, sedari tadi memang pekerjaanku menyiapkan teh sudah selesai aku hanya penasaran dan akhirnya aku menguping tapi tetap saja sebaik apa aku menata hati ini langkah ini tetap saja kikuk dan ingin rasanya aku menyembunyikan diri, bayangkan jika kalian ada diposisiku mengetahui seorang cowok telah mengutarakan rasa sukanya pada orangtuamu langsung. Aku mencoba tenang seolah tak mendengar dan mengetahui apapun. 

 "Ini loh tehnya, katanya haus"Aku meletakkan teh didepan Amar 
" Iyah Maryam Terima kasih"
"Eh kok tehnya hangat? " Tanya Amar usai menyeruput teh buatanku
"Sengaja biar kamu cepat habiskan dan cepat pulang" Jawabku santai
"Haaa kamu nguping yah tadi makanya tehnya kelamaan jadinya hangat" Amar mencoba menebak
"Nguping apaan gak penting" Kataku Sambil mencomot gorengan dipiring
"Penting gak penting santai sajalah Maryam, itu kamu makannya gak benar pake tangan kiri hahaha" Kata Amar tertawa melihatku yang kedapatan mulai salah tingkah
"Eh Iyah refleks nih liat gorengan diatas nampan gini aku jadi lapar" Aku beralasan 

 "  ibu kamu baik sekali gak kayak kamu, jutek " Amar mulai mencari gara-gara

"Aku jutek sama kamu aja kok, sama yang lain tidak hahahaha" Balasku tak mau kalah

"Yeee, apa karena aku terlalu mempesona yah buatmu? " Amar bertanya dengan wajah serius

"Uhuk uhuk" Aku tersedak gorengan
"Eh Maryam ini minum" Amar menyodorkan tehnya yang tinggal setengah
Tanpa sengaja Aku langsung menyeruput sisa teh Amar
"Gimana  sudah legakan setelah minum teh sisa dariku? Hahaha" Kata Amar mengerjaiku

Aku menatap Amar tak mengerti aku baru sadar astagfirullah aku minum sisa teh dari Amar ya Allah ampuni,aku gak sengaja

"Astaghfirullah, Amar awas yah kamu ngerjain aku? Dengan wajah kesal, aku masuk ke dalam Mencari ibu.

" Hahaha" Amar masih saja tertawa

Aku mencari ibu dikamar, ibu sedang melipat mukena. 
"Ibu, Amar mau pamit sudah mau pulang katanya" Kataku bohong .
"Oh Iyah, ayo kita ke depan" Ajak ibuku

Masih dengan wajah kesal aku dan ibuku menghampiri Amar yang terlihat senyum-senyum penuh arti seolah Amar bahagia telah mengerjaiku banyak dan membuatku salah tingkah sore ini. 

"Udah mau balik yah Amar?" Tanya ibuku
"Eh iya bu" Amar menjawab bingung sambil melirikku dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal
 Mungkin saja dalam hati Amar ini pasti kerjaan maryam biar aku cepat pulang. 


Setelah kejadian sore itu, Hari-hari ku dengan Amar makin seru dan berjalan santai, aku sudah mulai terbiasa menanggapi gombalannya terkadang kami biasa berdua dan bercanda sekaligus bertengkar kecil seperti biasanya,bahkan jika sudah asik bercanda kami terkadang lupa dan mengabaikan teman-teman lainnya yang sedang bersama kami,mereka sering menjodoh-jodohkan aku dan Amar,jika sudah seperti itu Amar mulai memainkan aksinya yang mempesona tapi aku selalu menanggapinya dengan caraku yang sedikit jutek.
aku dan Amar memang saling suka tapi soal perasaan dihati ini kami masih belum mengungkapkan satu sama lainnya kecuali si Amar ia sudah mengungkapkannya tapi bukan padaku langsung, melainkan pada ibuku, dan aku cukup puas mendengar semuanya saat itu. aku akui Amar pemuda yang berani sulit menemukan keberanian itu dijaman sekarang pemuda yang berani dan tulus menyampaikan perasaannya pada orangtua dari orang yang disukainya. 

Walau kami sering bercanda dan sering pula bertengkar tapi Amar sangat perhatian, perhatiannya bukan hanya soal duniawi ia bahkan banyak mengajariku sekaligus teman-temanku soal ilmu Akhirat soal Islam,dan untuk lebih mendalami ia membujukku untuk mengikuti pengajian rutin khusus perempuan agar aku lebih intens belajar mengaji dan cara berpakaian yang islami, dan pelan-pelan aku belajar dan resmi memakai hijab saat kelas VIII SMP. teman-temanku cewek yang lainpun mengikuti langkahku untuk belajar mereka tertarik dan senang melihat banyak sisi positif dan perubahan yang terjadi padaku setelah aku ikut pengajian. Tak perlu menunjukkan dengan berkoar-koar cukup menerapkan ilmu dengan tingkah laku maka akan jadi pusat ketertarikan. 

Aku dan Amar kini sependapat soal Pacaran bahwa Pacaran itu lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya. walau teman-teman kami sering menuduh kami pacaran karena keakraban kami, tapi pelan-pelan kami memberikan penjelasan dan pencerahan tentang pacaran bahkan aku dan Amar pernah membuat sebuah diskusi kecil dengan teman-teman soal pacaran, dalam diskusi itu hanya aku dan Amar yang sependapat sementara teman lainnya mendukung soal Pacaran. 
Sebagian teman-teman berpendapat bahwa memiliki pacar dapat menguatkan jati diri kita, dengan adanya pacar kata mereka maka akan bertambah 1 orang yang nyata mendukung dan memberikan suport,dari pacaran mereka bermimpi seperti difilm-film menjejaki masa depan yang cerah bersama,menurut mereka yang kebanyakan sukses berpacaran bahwa mereka menemukan jati diri mereka ketika mereka memiliki kekasih hati, Astaghfirullah nyatanya memang semua itu hanya ingin mengikuti gaya hidup bukan cuma itu menurutku pacaran dapat mengacaukan urusan hati banyak kegalauan yang disebabkannya sehingga banyak pula kelabilan yang terjadi pada kehidupan pelaku pacaran. 

Saat diskusi itu terjadi aku dan Amar sedikit mulai terpojok karena kami cuma berdua tak ada yang mendukung tiba-tiba datang Pak Trisno datang membersamai diskusi kecil kami waktu itu diskusi terjadi diruang OSIS. Pak Trisno membenarkan pendapat kami ia mendukung kami, menyampaikan beberapa siswa lulusan yang putus sekolah karena kebablasan pacaran bahkan seorang remaja perempuan juara kelas saat kenaikan kelas 3 mengalami keterpurukan karena stress akibat pacaran, ditipu dan diberi harapan-harapan palsu yang melemahkan hati dan raganya dan masih banyak lagi kasus yang beliau paparkan yang menimbulkan mudarat bagi para remaja. 
Siapa yang berani meragukan contoh kasus nyata yang disampaikan pak Trisno ia mencatat semuanya, pak Trisno orang yang sangat berpengalaman soal siswa,soal anak-anak remaja seusia kami. beliau adalah wakasek kesiswaan, satu-satunya orang paling lama menjabat jabatan ini disekolah. 

Saat menyebutkan pelaku pacaran dari kasus nyata yang disampaikan pak Trisno ada beberapa yang mengenalnya dan baru tau sebab kasusnya putus sekolah dari cerita pak Trisno, mereka menjadi takut dan tak ingin menimpa hal yang sama terjadi pada mereka. 
Kujejaki dengan pandangan satu persatu ekspresi mereka seolah tengah berpikir kebenaran yang disampaikan soal pacaran. 

2 bulan berikutnya setelah diskusi kecil itu ramai yang menjadi jomblo,patah hati karena diputuskan dan putus dari pacaran, yah ternyata diskusi kecil itu menjadi trending topik, pak Trisno ternyata diam-diam melanjutkannya menyisipkan pembahasan itu dalam kelas saat sedang mengajar,sehingga mampu memberikan pencerahan bagi banyak siswa soal pacaran, pak Trisno sengaja melakukannya setelah tak sengaja menghadiri diskusi kecil kami,ia merasa menyesal tak bisa menolong lebih dulu mereka yang putus sekolah karena kebablasan pacaran, atau yang depresi hingga tak naik kelas, hanya karena masalah cowok atau cewek. 
Pak Trisno merasa berhutang jika keadaan tak bisa ia rubah,setiap pencerahan dari pak Trisno yang juga mereka dengar secara langsung diruang osis saat diskusi itu merasa benar dan mulai bercerita dan mempengaruhi lainnya. 

Suatu hari Pak Trisno memanggilku dan Amar juga teman-teman osis lainnya
"Begini nak bapak punya ide bagaimana kalau kita buat kegiatan Sosialisasi tentang pacaran? " pak Trisno bersemangat menyampaikan ide pada kami
"Di sekolah Pak? " Tanya Amar
"Ia Amar disekolah"
"Apa kita bakal di ijinkan Pak adakan sosialisasi kegiatan seperti itu? , karena takutnya kita dibilang mau mempengaruhi, kemarin aja kami sudah dicap beberapa warga sekolah sudah mempengaruhi Pak" Kata Nisa  cemas 
"Iyah Pak, apa bapak sudah memikirkannya dengan pasti? " Aku melanjutkan memperjelas
"Bapak sudah memikirkannya dengan baik nak, bapak sudah berbicara dengan ibu kepala sekolah beliau senang melihat perubahan yang terjadi, dan beliau sudah menyetujui ide bapak meski ada beberapa yang tidak senang dan kurang setuju tapi kenyataannya banyak perubahan baik yang terjadi pada anak-anak yang membawa pada perubahan disekolah" Jawab Pak Trisno bersemangat
"Baik Pak apa yang harus kami persiapkan" Amar bertanya
" Kamu Amar siapkan outline sebagai frame konsep pacaran, dan kamu Maryam siapkan bukti-bukti konkrit, kita coba lakukan seperti diskusi kemarin," Pak Trisno menjelaskan
"Saya juga minta Nisa, Ridho, dan Rizal kamu bertigakan mantan pelaku pacaran yang sudah insyaf hehe" Pak Trisno tertawa membuat  mereka bertiga kali ini saling manatap mali
"Gak usah malu, kalian hebat ambil keputusan buat insyaff, nah alian bertiga akan jadi pembicara menceritakan dengan singkat tentang apa yang kalian rasakan dan yang terjadi saat kamu pacaran dan saat kamu memutuskan untuk tidak lagi pacaran, Amar dan Maryam juga akan jadi pengisi acara jadi siapkan konsep yah" Kata pak Trisno melanjutkan
Kami dengan sigap mencatat tugas-tugas kami. 

Berselang 2 minggu setelah semua persiapan baik,kami mengadakan kegiatan sosialisasi itu di ruang terbuka dihalaman sekolah kami sengaja melakukannya agar dapat disaksikan secara langsung oleh banyak orang karena kegiatan ini unik belum ada sekolah yang melakukan sosialisasi dengan tema seperti ini.

 kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar, hasilnya banyak yang merespon positif kepala sekolah dan juga beberapa dewan guru turut menyampaikan pendapatnya bahwa benar semenjak diskusi kecil itu yang mempengaruhi banyak siswa terjadi perubahan-perubahan secara langsung dalam diri mereka, yang dulunya labil karena masalah hati karena pacaran kini tak lagi merasakan kelabilan kegalauan dan berefek baik pada proses belajar mereka, semakin banyak yang aktif ikut kegiatan organisasi disekolah. 
Hingga akhirnya berawal dari kegiatan sosialisasi ini, Aku dan Amar sering diutus mengisi acara kegiatan serupa di sekolah-sekolah lain yang juga turut mengikuti langkah disekolah kami. 

Tamat

Aku adalah Maryam gadis idealis tegak memegang prinsip. Aku percaya Prinsip hidup yang baik cukup ditorehkan dengan sikap dan tindakan yang tegas tak perlu berkoar-koar bahwa prinsip kita baik,jalani dengan ceria dan konsisten maka setiap yang melihatnya dan merasakannya akan membenarkan kebaikan dari prinsip yang kita pegang. 
Dan soal karakter diri dan jati diri ini tak perlu memiliki kekasih hati dengan menjalin hubungan yang dekat, cukup memiliki sahabat yang baik dan juga banyak teman. 
Soal urusan hatiku dan hati Amar adalah Takdir Tuhan,aku percaya Tuhanlah yang menuliskannya pada hatiku dan hati Amar, aku tak menolaknya tak juga agresif mengikuti alurnya. urusan hati kami berdua kuserahkan semuanya pada Tuhan. 











Komentar